Exploitasi Emosi Demi Keuntungan

04:47 Baso Hamdani 0 Comments

Apakah kalian bosan dengan berita Hoax?

Maksud hati membuka sosial media sekedar melihat notifikasi tiba-tiba ada tulisan atau berita yang memancing emosi. Nah tulisan-tulisan seperti itulah yang memberikan dampak emosional paling banyak menjadi incaran pendulang duit.

Trend ini semakin meningkat di semua lini media sosial. Terlalu mudah membagi berita dan menyukai di sosial media. Betapa tidak, hanya satu klik semua bisa beres, misal dari website cab*cab*an.com atauu ter*ngter*ngan.com. Perlu diingat, tidak semua media online ternama menampilkan informasi yang akurat dan tepat bahkan ada yang mengorbankan integritasnya untuk meraih rating tertinggi, waktu pengeditan bisa saja hanya sedikit dibandingkan media cetak apalagi media online yang asal.
Gambar 1. Anger (Sumber: hypnu-haven.com)
Setiap orang terutama anak muda memiliki porsi besar untuk energi yang berdampak pada emosi. Sayangnya, media amatiran memanfaatkan ini untuk meraup kapital.  Sangat disayangkan bila energi dan waktu kita hanya untuk memikirkan dan terjebak di berita Hoax.

Amarah, kebencian, fitnah dan semua kata-kata tidak pantas lainnya ditampilkan dan dibalut sedemikian rupa agar pembaca tertarik membuka link. semua diobral mengalahi pasar sentral di seluruh penjuru setiap kota. Dengan kata lain bisa dibilang Gosip Modern, kalau dulu mungkin hanya teman dekat yang tahu atau tetangga tapi hari ini, satu hari bisa jadi dari Sumatera-Papua melihat berita sekali itu. 

Beberapa teman di media sosial memposting dengan maksud mengklarifikasi berita-berita apakah berita tersebut Hoax. Padahal judulnya saja sudah tidak sedap dihati (bukan dimata). Ingin mengecek apakah berita itu valid atau tidak yang isinya menggumbar segala macam hal negatif. Secara tidak langsung kita ikut menyebarkan hal negatif itu, siapa yang bisa jamin bahwa semua pembaca yang membaca postingan kita menelan mentah atau tidak. Sebaiknya berpikir keras adalah pilihan sebelum menyebar informasi yang bersifat negatif. Bukan berarti kita harus berpikir apatis terhadap permasalahan sekitar. Penulis tidak mengajak anda untuk menjadi apatis terhadap isu terkini, bahkan mengikuti isu terkini membuka wawasan kita. Namun, penulis tekankan bahwa sebagai pembaca yang budiman, kita harus menyaring apa yang kita baca,

Jangankan individu, beberapa organisasi besar juga bisa bertengkar gegara sebuah postingan media online yang tidak bertanggungjawab. Hasilnya, semua anggota merasa berhak untuk berkomentar di sosial media untuk menanggapi. Bahkan bersedia mati-matian standby 24 jam untuk mengikuti berita.

Disudut sana, sebuah operator media amatir sedang senang-senang melihat rating pembaca yang semakin meningkat. Statistik pembaca bisa dicek. Paling tidak seperti tulisan apa yang paling banyak dibaca, jumlah pembaca menggunakan ponsel genggam atau desktop terhadap website, dari negara mana yang paling banyak membaca, berapa jumlah pengunjung dalam sehari, hari itu, kemarin atau sebulan dan sudah berapa dollar yang terkumpul dari website tersebut (monetasi).

Sudah tahu kan bahwa kenapa banyak iklan saat nonton sinetron dll. Di Australia, sinetron disebut Soap Movie/Opera. Kasus ini sama dengan media online "semakin banyak pembaca maka penghasilan yang berkurs dollar sebuah media semakin bertambah". Prosesnya ketika anda membaca berita Hoax, emosi anda terprovokasi, anda membaginya, yang lain kemudian membacanya, begitu hingga tercapai ribuan pembaca bahkan jutaan. Kaitannya dengan finansial freedom, anda marah mereka raup keuntungan hanya dengan tinggal diam di rumah. Duduk manis sambil menghasilkan uang, siapa yang tidak mau? Sayangnya, dari amarah para pembaca. 


0 comments: