Membidik Potensi Maritim Berau

10:03 Baso Hamdani 0 Comments


Pertama kali datang di Berau, saya langsung didecak kagumkan dengan sungai yang meliuk mengapit kota Tanjung Redeb yang merupakan ibu kota Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Nama sungainya adalah Sungai Segah yang bermuara di Selat Makassar sejauh 47 km. Tidak salah bila Bang Welli -̶ Kakak satu almamater di Korpala Kampus Merah -̶   menerangkan bahwa kota ini merupakan kota Sungai. Meski demikian sungai dan laut di kabupaten ini patut diperhitungkan karena selain merupakan alur transportasi juga memiliki sumber daya alam yang besar. Sebagai orang baru, tentu saya sangat terbantu oleh keberadaan sungai ini untuk bernavigasi dalam berkunjung bebas di Tanjung Redeb. 
Di Sungai Segah ini, kapal tagboat lalu lalang dari tambang batu bara menuju Selat Makassar yang akan
diekspor ke berbagai negara lain
Keriuhan kapal tagboat menderek Batu Bara melintasi Sungai Segah. Disudut lain kapal kayu jenis lambo melipir sedang bongkar muat barang sejajar dengan Jalan Pulau Derawan. Jalan ini lebih dikenal dengan nama Tepian Teratai, apalagi dengan ciri khasnya bangunan beton mengikuti pinggiran sungai dan keramaian penjual pisang gampit mirip pisang epe, makanan khas Makassar. Pantai ini juga mirip pantai losari zaman dahulu atau pantai di Pare-Pare masa kini. Perbedaannya, dikota tersebut dibangun di pinggir pantai namun disini dibangun di pinggir sungai yang memiliki lebar 392,29 meter. Di Sungai Segah, kita bisa menjumpai perahu sewa di dermaga kayu yang kecil untuk menyeberangi sungai dengan merogoh kocek hanya Rp.5000 sedangkan di dermaga kayu kecil lainnya dikhususkan untuk berwisata ke Pulau Derawan (112 km dari Tanjung Redeb) dan Pulau Maratua (120 km dari Tanjung Redeb). Tentu harganya berbeda yaitu Rp.350.000 per orang atau charter satu perahu seharga Rp 2.500.000.

Sebagai ukuran sebuah kabupaten, dengan aktivitas yang padat terutama terutama ekspor Batu Bara menjadikan Kabupaten Berau tergolong kabupaten yang maju. Penghasilan daerah dari Batu Bara meraih tingkat atas di kabupaten ini. Menurut Pak Nur – Petugas Pelabuhan Tanjung Redeb- perkembangan ini sebenarnya sudah meredup sejak dua tahun yang lalu akibat penurunan harga Batu Bara yang melonjak turun sementara biaya operasional yang tinggi. Saya melanjutkan percakapan dengan mengulas aktivitas Pelabuhan Tanjung Redeb. Ada tiga kapal yang bersandar ketika itu dengan bobot sekitar 2000 ton dengan kontainer maksimal 20 feet. Alur pelayaran kapal barang ini sebagian besar dari dan menuju Surabaya dan Makassar dengan barang bawaan seperti sembako dan semen. Harga pengiriman melalui laut menuju Surabaya dari pelabuhan ini sekitar 16 juta (Door to Door) atau 12 juta (Port to Port) sedangkan dari Surabaya sekitar 8 juta.
Pemandangan salah satu sudut kota yang diambil dari atas jembatan penyeberangan kota.

Selepas dari Pelabuhan, perjalanan saya melanjutkan perjalanan menuju UPTD PPI Sambaliung, tempat dimana transaksi hasil laut oleh nelayan dilakukan yang dibangun sejak sembilan tahun yang lalu namun baru ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2016. Menurut keterangan Pak Salman -̶  Kepala PPI Sambaliung -̶  setiap dini hari ada sekitar dua hingga tiga ton ikan yang didaratkan di pelabuhan ikan tersebut. Ikan-ikan tersebut sebagian besar untuk keperluan domestik Kabupaten Berau seperti ikan tongkol, gembong, bawal dan udang laut. Selebihnya, lobster, kakap dan gurami yang berasal dari Pulau Maratua di ekspor melalui Tarakan dan Surabaya dan kemudian menuju Singapura, Hongkong bahkan ke Amerika. Tercatat ada 16.766,3 ton pemanfaatan sumber daya ikan Kabupaten Berau pada tahun 2009 yang didominasi oleh penangkapan di laut sebesar 15.143 ton atau 90,32%. Dari data yang didapatkan luas laut Kabupaten Berau yaitu 12.887,47 km2 dengan panjang garis pantai 279,91 km2.
PPI Sambaliung ini memiliki pendapatan sekitar 250 juta per tahun
Di sisi lain, tantangan PPI ini untuk tetap bertahan sangatlah menohok. Banyaknya transaksi perikananan yang dilakukan bukan sesuai aturan atau dilakukan di PPI menjadi penyebab nomor satu lambannya kinerja PPI Sambaliung. Tidak hanya itu, Pak Kasman mengeluhkan tentang kebutuhan nelayan terhadap es balok. Dengan jumlah nelayan sekitar 4000an dengan pabrik es hanya 12 unit yang seharusnya 24 unit, kebutuhan es semakin sulit apalagi dari 12 unit tersebut kebanyakan hanya menghasilkan 150 balok dibandingkan rekomendasi produksi seharusnya 400 balok. Beliau mengharapkan agar pemerintah pusat terus memperhatikan permasalahan ini. Selain permasalahan es balok, harga bahan bakar untuk nelayan juga perlu mendapat perhatian khusus

“Disini kami menjual bensin sehari Rp.5.150 per liter. Sementara di laut, biasanya masyarakat membeli secara illegal dengan hanya Rp.4800 per liter secara illegal. Jarak PPI dari laut juga cukup jauh jadi untuk mencapai SPBN yang satu lokasi dengan PPI , nelayan harus masuk ke sungai dengan jarak yang jauh”, tandas Pak Kasman di ruang kerjanya. 

0 comments:

Mengenal Lebih Dekat Kapal Riset Baruna Jaya IV

04:41 Baso Hamdani 0 Comments


Sebuah kehormatan karena bisa terhubung langsung dengan Bapak Dr. M. Ilyas, ST, M.Sc, Kepala Balai Teknologi Survey Kelautan. Berkat undangan beliau, saya bersama satu teman bisa hadir dalam Openship Kapal Baruna Jaya IV di Pelindo IV Makassar pada hari Sabtu Tgl 23 September 2016. 
Model Kapal Riset Baruna Jaya IV yang bersandar di Pelindo IV Makassar (barunajaya.bppt.go.id, 2016)
Nampak kapal ini ramai oleh kunjungan pemuda-pemudi Makassar termasuk siswa SMA dan mahasiswa berjas merah. Mereka begitu antusias melihat setiap sudut Kapal Baruna Jaya IV yang lebarnya 12.10 meter. Crew kapal juga menjelaskan kepada generasi muda ini mengenai seluk beluk kapal dibawah koordinasi Balai Teknologi Survey Kelautan yang memiliki empat unit kapal. 

Kapal Baruna IV khusus melakukan tugas pengambilan data Oseanografi, EBA dan Perikanan. Kapal yang memiliki GRT 1219 ton ini baru saja bersandar setelah penjelajahannya di Selat Makassar selama 17 hari melakukan riset Stock Assesment. Perjalanan selanjutnya akan dilakukan di perairan Laut Arafuru dan kembali ke Jakarta selama 33 hari. Project ini dilakukan atas kerjasama Balai Teknologi Survey Kelautan, Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Pak Hendar, deck crew kapal menjelaskan seputar Kapal Baruna Jaya IV kepada penulis (Photo by Izzah)
Mengawali keingintahuan kami dengan kapal berteknologi ini, kami diperkenalkan dengan Pak Hendar beserta dua temannya yang menjelaskan bagian mesin, penelitian, dan akustik. Kapal ini dilengkapi oleh sistem navigasi radar ARPA X Band Foruno, Fish Finder, dan Riverse Osmosis. Di ruang tengah Forcastle Deck terdapat Scientific Centralizing Room, Chemical Room dan Senior Scientist. Dalam melakukan penelitian, metode yang digunakan adalah Sweep Area. Setelah ikan yang tertangkap total sekitar 400 kg yang diambil sampelnya menggunakan Trawl maka diteruskan untuk diteliti dalam ruangan Scientific Centralizing Room. Beragam sampel ikan saat itu seperti pelagis tuna dan demersal ikan sebelah serta beberapa jenis ikan lainnya. Beberapa data diambil dengan metode otolith (penentuan umur ikan menggunakan tulang otolith), pengukuran ikan, gen, dan sebagainya. Di lantai dua, terdapat ruang akustik. Disini kami dijelaskan mengenai cara kerja akustik yang dimiliki Kapal Baruna Jaya IV menggunakan software Simrad ER60 dan MaxSea. Akustik kapal ini sendiri memiliki frekuensi 38 Hertz dengan jangkauan 3000 meter. Saat pengambilan data maka Crew Akustik harus berbagi waktu untuk terus standby selama 24 jam. Pengambilan data dilakukan saat kapal bergerak kapal dengan kecepatan 5 - 6 knot. Meskipun kami dijelaskan cara kerjanya namun data yang diambil tidak begitu bagus karena posisi kapal yang diam di pelabuhan. Hanya ada informasi kedalaman saat kapal bersandar yaitu 9.72 meter (ini bisa menjadi data primer untuk kedalaman pelabuhan makassar) beserta ukuran ikan yang sedikit sekitar 6 cm. Menurut keterangan petugas, bahwa saat ini tengah memasuki musim timur sehingga jumlah ikan melimpah di Selat Makassar bagian utara.
Geladak kapal yang tergolong luas menjadi wahana untuk melakukan aktivitas pengambilan sampel penelitian (Photo by Izzah)
Dari penjelajahan ini diharapkan Indonesia memiliki data mengenai Stock Assestment yang akurat untuk mengetahui daya optimum potensi perikanan laut di perairan nusantara dari tahun sebelumnya dengan stok ikan (MSY) yaitu 9,931 juta ikan yang diperkirakan lebih besar dari sebelumnya. Setelah hal tersebut dipenuhi maka langkah selanjutnya adalah pemanfaatan laut dan penentuan kebijakan laut dibawah Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan bukti ilmiah yang telah direkam oleh Kapal Baruna Jaya. Kebijakan ini bisa terkait dengan pelarangan penangkapan ikan yang berlebih (Overfishing) dan IUU (Illegal, Unregulated and Unreported) Fishing. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, kita harus bangga bahwa kita memiliki kapal riset sekelas Kapal Baruna Jaya.

#Untuk Indonesia yang Mandiri dan Berdaulat

0 comments:

Elevasi Bumi Massenrempulu

06:31 Baso Hamdani 0 Comments


Bumi Massenrempulu merupakan sebutan yang umum untuk Kabupaten Enrekang di Sulawesi-Selatan. Menyebut kabupaten ini maka ada tiga hal yang melekat di benak saya yaitu kopi, atap sulawesi dan tebing tinggi. Kenikmatan kopi Enrekang kali pertama saya coba saat di Desa Bone-Bone yaitu sebuah desa entri point pendakian Pegunungan Latimojong. Kegiatan waktu itu dalam rangka pendidikan kepencintaalaman. Kenikmatan itu sangat terasa dengan menyeduh dan menyambut pagi serta percakapan dimulai dengan masyarakat lokal yang ramah, sementara disekeliling kita bukan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi tetapi tebing-tebing yang terbentuk secara elegan terpatri secara alami seperti Tebing Tontonan dan Tebing Bampuang. Dipojok sebelah utara, Pegunungan Latimojong yang merupakan gunung tertinggi di Sulawesi menunjukkan kegagahannya dengan memperlihatkan liuk punggungan gunung-gunung beserta kemiringannya. Pegunungan ini sering kami sebut sebagai atap Sulawesi karena yang paling tinggi di celebes ini.
Enrekang
Gambar: Pasar Sudu, Kabupaten Enrekang
Kali ini, saya dengan dua teman ke Kabupaten Enrekang untuk #SedekahRombongan. Untuk menuju Kabupaten Enrekang dibutuhkan waktu tempuh selama enam jam dari Makassar. Perjalanan dimulai dari pukul 03.30 dini hari hingga pukul 09.46 pagi. Menyempatkan untuk singgah minum kopi dan sarapan di kota kelahiran B.J Habibie yaitu Kota Pare-Pare. Memasuki Kota Enrekang, kami langsung melanjutkan perjalanan ke salah satu kecamatan yaitu Kecamatan Anggeraja dan melaksanakan ibadah jumat di Mesjid Al-Hikmah, jaraknya sekitar sejam dari Kota Enrekang. Di kecamatan ini pula, kami memanjakan lidah dengan berbagai sajian kuliner di pasar tradisional Sudu.

Makan siang disajikan dengan menu Nasu Cemba. Makanan khas Enrekang ini terbuat dari iga sapi. Hampir mirip dengan Kondro di tanah Bugis-Makassar. Namun, yang membuatnya khas adalah sayur cemba. Dedaunan kecil pelengkap kuliner ini seperti ukuran daun kelor dan sebagian besar lebih kecil lagi. Masih dengan kegiatan yang sama kulineran, Sawella menarik perhatian visual. Makanan kecil ini nampak seperti pentolan namun ukuran bundarnya lebih besar. Rasanya seperti kue teripang di Makassar namun kuantitas parutan kelapa dan balutan karamel gula merahnya lebih banyak. Yang tak kalah unik ketika mengunjungi pasar tradisional di daratan tinggi ini adalah Baje Rappo. Baje sendiri sebenarnya sangat umum di Sulawesi khusunya bugis. Yang membuatnya unik adalah jajanan ini dibungkus daun jagung kering. Satu lagi yang paling terkenal di Enrekang adalah Dangke. Dangke merupakan keju alami yang terbuat dari fermentasi susu dengan berbahan dasar susu kambing, susu sapi atau susu kerbau dan getah pepaya. 

Jejak kemudian disambungkan menuruni elevasi menuju Desa Polai, Kecamatan Malua. Di perjalanan, jendela mobil yang kami kendarai memberi kesan yang elok, pemandangan tebing tontonan memberi nuansa pemandangan khas daerah dengan ketinggian di atas seribu meter. Sebelum mencapai Desa Polai, kami melewati Kecamatan Anggeraja dan Kecamatan Baraka. Di sisi kiri-kanan, hasil panen bawang menggantung di bawah rumah panggung warga karena Kecamatan Malua memang terkenal dengan hasil alamnya yaitu bawang. Jadi, bila pengunjung lupa nama kecamatan yang ia kunjungi maka bisa memperkirakan nama kecamatan bahkan desa dengan penghasilan warga setempat.

Kecamatan Malua dan Kecamatan Anggeraja dikenal sebagai penghasil bawang. Lain halnya dengan Kecamatan Baraka dan Kecamatan Massalle yang ada di Kabupaten Enrekang ini, kedua kecamatan ini  terkenal dengan hasil kopinya dan sebagai tambahan Kecamatan Baraka juga merupakan penghasil beras merah yang tersebar di Sulawesi Selatan. Sementara penghasil sayur di kabupaten ini berada di Kecamatan Baroko dan Kecamatan Alla. Kecamatan Curio sendiri dikenal dengan dua hasil alam yaitu cengkeh dan merica. 






0 comments:

Atmosfir Tiga Suku Serumpun dalam Diskusi Regional ASEAN

06:49 Baso Hamdani 0 Comments


Sebuah keberuntungan dan rasa bangga karena bisa bergabung dengan orang-orang hebat terutama dalam pengetahuan sejarah yang semakin hari semakin dianggap lesu akhir-akhir ini. Padahal proklamator, Bung Karno, pernah berpidato mengenai pentingnya sejarah yang diselipkan dalam akronim Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah).

Kedatangan saya berawal dari ajakan kak Sudarmono, lulusan S3 Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM). Bagi beliau, kegiatan ini juga merupakan ajang silaturahmi dengan rekan-rekannya sesama lulusan universitas kebanggaan Negeri Jiran tersebut. Tidak mengherankan bila para audiens yang hadir dengan latar belakang yang sama yaitu lulusan doktoral hingga professor UKM. Hanya saya saja yang kebetulan tiba-tiba nyempil ditengah orang-orang hebat ini dalam diskusi regional ASEAN yang bertajuk "Bugis-Makassar dalam Perspektif Tabayyun Melayu". Kegiatan ini juga diselenggarakan sebagai rangkaian dies natalis salah satu media cetak yang ada di Makassar. 

Gambar 1. Diskusi Regional ASEAN di Graha Pena (Photo by Sudarmono)
Disini  saya belajar banyak mengenai keterkaitan antara tiga suku melanesia serumpun yaitu Bugis-Makassar dengan Melayu. Dijelaskan pula bahwa suku-suku ini merupakan pemberian nama oleh para pendatang dari Eropa atau kita sebut sebagai penjajah dengan senjata khasnya devide et impera untuk memberikan sekat-sekat antar serumpun. Suasana diskusi ini dimulai dengan pembuka oleh moderator, Ruslan Ramli yang juga merupakan lulusan universitas yang sama dengan pembicara pertama yaitu Prof Fauziah Ahmad yang berdialek khas asalnya. Ibu yang datang dari Malaysia bersama suaminya ini menceritakan mengenai Suku Bugis-Makassar di negara tetangga tersebut. Yang paling berkesan dari Prof Fauziah Ahmad adalah penjelasannya bahwa kakek beliau merupakan keturunan Bugis. Baginya keturunan Bugis cenderung sebagai pelaut. Jadi, hal yang wajar pula bila ayahnya sangat menyukai aktivitas melaut bahkan perangai seorang lelaki bugis sempat ia lisankan seperti tinggi, kurus dan agak hitam. Tidak ketinggalan pula, penjelasan oleh Pak Amrullah Amir, seorang dosen Unhas di fakultas ilmu budaya berbagi pengetahuan mengenai Suku Bugis-Makassar yang sudah menjadi multi-etnik. Makassar sebagai kota pelabuhan menjadi alasan pendukung statemen tersebut misalnya orang Melayu memiliki perkampungan di beberapa daerah di Sulawesi-Selatan (Sul-Sel)

Diskusi bernas yang cenderung santai ini semakin beralur, beberapa komentator juga menambahkan pernyataannya seperti diaspora ketiga suku tersebut. Seketika zaman kembali ke sejarah jatuhnya semenanjung melaka sehingga menyebabkan orang-orang melayu ke Kerajaan Siang di Kabupaten Pangkep, Sul-Sel. Kata serapan yang menjadi indikasi sejarah ini adalah Ince dan Ecce yang masing-masing mungkin berasal dari bahasa melayu yaitu Enci dan Ence. Bagi sebagian orang tentunya ketiga suku yang berlatar belakang keislaman ini memiliki cerita yang panjang sehingga turut membangun tamadun atau peradaban dunia. Ditambahkan pula bahwa ketiganya hidup di kawasan produktif yang berarti memiliki banyak potensi pemimpin.  Selain itu, Suku Bugis-Makassar menyebar ke Melayu dengan menggunakan perahu. Banyak penduduk Sabah di Malaysia yang merupakan keturunan Bugis namun tidak pernah menginjakkan kaki di tanah bugis tetapi fasih atau mampu berbicara menggunakan bahasa Bugis atau setidaknya mengerti bahasa Bugis.

Berhubung karena penulis adalah orang yang baru dalam mempelajari sejarah dan sempat menyinggung ekspedisi pelayaran yang kami lakukan ke Australia maka kak Sudarmono dan Pak ustadz Das'ad Latif memberikan waktu untuk menjelaskan pengalaman kami dalam kegiatan skala internasional tersebut pada sesi atau detik-detik terakhir diskusi. Penulis sangat tertarik belajar sejarah terutama pada diaspora Suku Bugis-Makassar karena aktivitas yang suka merantau. Pelajarannya adalah cerita masih panjang dan peradaban akan terus berlangsung. Sebagai bangsa yang besar tentunya kita jangan sekali-kali melupakan sejarah. 




0 comments:

Upacara Bawah Air: Refleksi Jiwa Maritim

23:55 Baso Hamdani 1 Comments


Aksi Tepian Negeri diselenggarakan oleh Destructive Fishing Watch dengan berbagai pihak termasuk Marine Science Diving Club (MSDC) Universitas Hasanuddin. Aksi Tepian Negeri (ATN) merupakan aksi sederhana yang dilakukan untuk kampanye konservasi laut terutama ekosistem terumbu karang dan satwa yang terancam punah, serta berbagi peristiwa dan kebahagiaan bersama masyarakat pulau-pulau kecil terluar Indonesia terutama anak-anak dan pemuda. ATN ini serentak dilaksanakan di sebagian besar Pulau-Pulau Kecil Terluar  (PPKT) Indonesia yaitu 16 PPKT dari 92 pulau PPKT (DFW, 2016). Pada Aksi Tepian Negeri tahun 2015, penulis sebagai relawan ATN bersama Angkatan Laut, Angkatan Darat, Polisi dan masyarakat melakukan upacara di Pulau Brass. Pulau Brass merupakan pulau terluar yang secara administrasi masuk Provinsi Papua. Pulau ini masuk pada perairan pasifik timur berbatasan langsung dengan Negara Palau.

                                                    Gambar 1. Upacara Bawah Air, ATN 2016

Pelaksanaan perayaan Hari Kemerdekaan NKRI yang ke-71 tanggal 17 Agustus 2016 dilakukan dengan berbagai pihak termasuk pelajar, mahasiswa, wartawan, LSM dan dokter di Pulau Kodingareng Lompo. Berjumlah 18 orang, tim upacara bawah air terdiri dari 10 orang perwakilan Aksi Tepian Negeri (ATN) yang bekerjasama antara Destructive Fishing Watch (DFW) dengan Marine Science Diving Club (MSDC) dan 8 orang dari Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) wilayah Makassar berhasil melaksanakan upacara bawah air. Upacara ini dilakukan dengan sederhana di sebelah utara timur laut Pulau Kodingareng, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar. Kegiatan dimulai pada pukul 10.00 hingga pukul 11.30 Wita.

Gambar 2. Sesaat setelah penaikan bendera, ATN 2016


Upacara bawah air ini juga dilakukan dalam keprihatinan kami sebagai generasi muda (baca:relawan) terhadap kondisi laut Indonesia yang semakin terpuruk oleh berbagai hal yang merusak laut seperti Penangkapan Ikan yang tidak Ramah Lingkungan (PITRaL) misalnya kondisi terumbu karang yang baik secara nasional berkisar hanya 35% sedangkan di Kepulauan Spermonde presentasenya lebih kecil yaitu hanya sebesar 25%. Permasalahan kemaritiman seperti ini untuk bangsa Indonesia tentunya cukup berat sehingga diperlukan kerjasama dan "kerja nyata" yang baik antara berbagai pihak. Sebagai bagian dari pemuda bahari, kami ingin masyarakat luas tahu bahwa keadaan laut Indonesia sedang tidak baik-baik saja dan mengajak untuk lebih peduli.

Rangkaian kegiatan Aksi Tepian Negeri tidak hanya melakukan upacara bawah air namun sehari sebelumnya dilakukan rangkaian acara seperti kelas inspirasi dan bersih pantai dengan melibatkan 19 orang relawan. Kelas inspirasi dengan tema "pengenalan terumbu karang". Sementara itu, kegiatan bersih pantai bekerjasama dengan masyarakat Pulau Kodingareng, Karang Taruna dan Sispala.

                              Gambar 3. Foto bersama sesaat sebelum bersih pantai, ATN 2016




Penulis: Baso Hamdani 
(Relawan Aksi Tepian Negeri, Inspektur Upacara Bawah Air ATN Pulau Kodingareng  Lompo).

1 comments:

Exploitasi Emosi Demi Keuntungan

04:47 Baso Hamdani 0 Comments

Apakah kalian bosan dengan berita Hoax?

Maksud hati membuka sosial media sekedar melihat notifikasi tiba-tiba ada tulisan atau berita yang memancing emosi. Nah tulisan-tulisan seperti itulah yang memberikan dampak emosional paling banyak menjadi incaran pendulang duit.

Trend ini semakin meningkat di semua lini media sosial. Terlalu mudah membagi berita dan menyukai di sosial media. Betapa tidak, hanya satu klik semua bisa beres, misal dari website cab*cab*an.com atauu ter*ngter*ngan.com. Perlu diingat, tidak semua media online ternama menampilkan informasi yang akurat dan tepat bahkan ada yang mengorbankan integritasnya untuk meraih rating tertinggi, waktu pengeditan bisa saja hanya sedikit dibandingkan media cetak apalagi media online yang asal.
Gambar 1. Anger (Sumber: hypnu-haven.com)
Setiap orang terutama anak muda memiliki porsi besar untuk energi yang berdampak pada emosi. Sayangnya, media amatiran memanfaatkan ini untuk meraup kapital.  Sangat disayangkan bila energi dan waktu kita hanya untuk memikirkan dan terjebak di berita Hoax.

Amarah, kebencian, fitnah dan semua kata-kata tidak pantas lainnya ditampilkan dan dibalut sedemikian rupa agar pembaca tertarik membuka link. semua diobral mengalahi pasar sentral di seluruh penjuru setiap kota. Dengan kata lain bisa dibilang Gosip Modern, kalau dulu mungkin hanya teman dekat yang tahu atau tetangga tapi hari ini, satu hari bisa jadi dari Sumatera-Papua melihat berita sekali itu. 

Beberapa teman di media sosial memposting dengan maksud mengklarifikasi berita-berita apakah berita tersebut Hoax. Padahal judulnya saja sudah tidak sedap dihati (bukan dimata). Ingin mengecek apakah berita itu valid atau tidak yang isinya menggumbar segala macam hal negatif. Secara tidak langsung kita ikut menyebarkan hal negatif itu, siapa yang bisa jamin bahwa semua pembaca yang membaca postingan kita menelan mentah atau tidak. Sebaiknya berpikir keras adalah pilihan sebelum menyebar informasi yang bersifat negatif. Bukan berarti kita harus berpikir apatis terhadap permasalahan sekitar. Penulis tidak mengajak anda untuk menjadi apatis terhadap isu terkini, bahkan mengikuti isu terkini membuka wawasan kita. Namun, penulis tekankan bahwa sebagai pembaca yang budiman, kita harus menyaring apa yang kita baca,

Jangankan individu, beberapa organisasi besar juga bisa bertengkar gegara sebuah postingan media online yang tidak bertanggungjawab. Hasilnya, semua anggota merasa berhak untuk berkomentar di sosial media untuk menanggapi. Bahkan bersedia mati-matian standby 24 jam untuk mengikuti berita.

Disudut sana, sebuah operator media amatir sedang senang-senang melihat rating pembaca yang semakin meningkat. Statistik pembaca bisa dicek. Paling tidak seperti tulisan apa yang paling banyak dibaca, jumlah pembaca menggunakan ponsel genggam atau desktop terhadap website, dari negara mana yang paling banyak membaca, berapa jumlah pengunjung dalam sehari, hari itu, kemarin atau sebulan dan sudah berapa dollar yang terkumpul dari website tersebut (monetasi).

Sudah tahu kan bahwa kenapa banyak iklan saat nonton sinetron dll. Di Australia, sinetron disebut Soap Movie/Opera. Kasus ini sama dengan media online "semakin banyak pembaca maka penghasilan yang berkurs dollar sebuah media semakin bertambah". Prosesnya ketika anda membaca berita Hoax, emosi anda terprovokasi, anda membaginya, yang lain kemudian membacanya, begitu hingga tercapai ribuan pembaca bahkan jutaan. Kaitannya dengan finansial freedom, anda marah mereka raup keuntungan hanya dengan tinggal diam di rumah. Duduk manis sambil menghasilkan uang, siapa yang tidak mau? Sayangnya, dari amarah para pembaca. 


0 comments:

Pusara Sang Proklamator Negeri Suarna Dwipa

22:49 Baso Hamdani 0 Comments

Kalimat demi kalimat teruntai dengan sigap melahirkan pernyataan singkat. Keringat dan cucuran darah yang mengalir telah membuahkan hasil, menggetarkan rasa atas tuntutan kembalinya ibu pertiwi selama ratusan tahun. Tetiba, meski disertai kondisi badan yang tidak memungkinkan pernyataan sang proklamator bersama seorang sahabat. 

P R O K L A M A S I

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.



Soekarno/Hatta.,

Pernyataan ini mengabdikan diri dalam secarik kertas biasa bergaris biru, dititah oleh pena yang entah dari mana asalnya. Ditulis oleh seorang proklamator yang tengah mengalami sakit malaria. Kabar baik ini didengungkan sesegera mungkin merasuki gelombang radio di setiap penjuru nusantara.  Diumumkannya bahwa Indonesia adalah bangsa Merdeka.... Merdeka...

Sekiranya itu adalah cuplikan bacaan dan informasi dari pustakawan Koleksi Khusus Bung Karno kala kunjungan saya di Lokasi Makam Bung Karno.

Makam Bung Karno
Gambar 1. Makam Bung Karno

Tepatnya di Kota Blitar, sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Kota ini sangat terkenal dengan sebutan kota proklamator yaitu Bung Karno,. Di kota ini terdapat makam beliau, presiden pertama NKRI yang dimakamkan pada tanggal 21 Juni 1970.

Pemakaman yang memiliki luas sekitar 1,8 Ha tersebut  selalu ramai apalagi di akhir pekan. Nampak makam beliau di naungi oleh rumah adat. Pengunjung berdatangan dari berbagai daerah. Mereka biasanya yang dipimpim oleh salah seorang imam.  Selanjutnya, terdapat dua bangunan dua lantai setelah keluar dari pemakaman menuruni tangga, Bangunan tersebut adalah museum dan perpustakaan. 

Di museum, pengunjung bisa melihat koleksi foto dan lukisan Bung Karno serta barang-barang peninggalan beliau. 

Di bangunan yang bersebelahan dengan museum, terdapat  ruangan yang berdinding kaca dengan ratusan kursi hanya diisi olehku yang sedang menikmati perbincangan satu arah oleh tokoh pertama "aku", begitu ia menyebutkan dirinya "Bung Karno" dalam buku bersampul merah terbitan Yayasan Bung Karno. 

Lembaran demi lembaran membawaku dalam masa tempoe doloe.
Merasakan setiap langkah cerita  , membawakanku pada suasana beberapa dekade yang lalu. Ia layak kukatakan nyata, entah bagaimana penulisnya meracik cerita tersebut.
Aku duduk di sudut ruangan yang sepi dan hanya ada dua gadis berhijab di sudut lain.
Meskipun beliau sudah meninggal, namun pengabdian sang Marhaen terhadap bangsa ini tidak akan terlupakan dan pembelajaran bagi generasi muda. Bahkan, ada ratusan orang yang mengais rezeki dengan meramaikan pusat penjualan souvenir bung karno di sekitar makam.

Refleksi

Disaat Indonesia telah merdeka tujuh puluh satu tahun yang lalu, saat ini dengan usia yang masih tergolong muda untuk sebuah negara, Indonesia telah menghadapi berbagai gejolak perjuangan. Negara berkembang ini terus berjalan dan belajar dari masa lalu. Namun, bagaimana setelah perjuangan yang tidak mudah dilakukan tersebut? Korupsi merajalela, narkoba semakin marak bahkan kita terkadang tertindas oleh bangsa lain. Kata pemuda yang konon katanya kekuatannya bisa menggoyahkan seisi bumi bila terdiri dari sepuluh, apakah quote dari Bung Karno tersebut bisa kita capai? Jawaban pemuda apatis akan pasti menjawab tidak. 

Bila saja ada buku bung karno yang memungkinan untuk berkomunikasi dua arah maka akan kusebut:

Bung...

  • Pemudamu tidak lagi memiliki daya juang, toh mereka sudah merdeka.
  • Pemudamu tidak lagi susah-susah menghadapi masalah, karena mereka yakin sebutir pil narkoba bisa menghilangkannya.
  • Mereka tidak lagi suka bergaul dengan tokoh-tokoh sepertimu apalagi mengikuti sejarahmu yang katanya heroik. Mereka yakin mereka akan lebih baik bergaul dengan tokoh-tokoh idamannya di sepanjang bar disertai botolan alkohol. 
  • Mereka lebih baik berfoya-foya merusak alam dan mengabadikannya dalam sosial media.
  • Bahkan pemudamu sekarang memilih dikirim ke Suriah untuk menjadi bagian dari ISIS.
  • Mereka lebih mengikuti nafsunya dengan percaya dengan isu-isu yang tidak tahu dari mana asal usulnya untuk mengadili saudara sendiri. Parahnya lagi mereka seakan kompak dengan media, media membuai, mereka menerima dengan lapang. 
  • Mereka tidak lagi mengenal persatuan, mesti dirimu telah menyematkan Bhineka Tunggal Ika.
  • Mereka tidak sekuat Bung Karno dulu. Selain sudah lemah, mereka juga lebih sulit menghadapi bangsanya sendiri. 


Mereka... Ya.. Mereka... Pemuda yang tidak memiliki jati diri dibalut keegoisan terhadap masa depan mereka sendiri dan terhadap masa depan orang lain yang membutuhkan. Negeri ini sudah tak seindah lagi seperti yang dimaktubkan dalam kitab Ramayana yaitu Negeri Suarna Dwipa. 

Sayang sekali bung, pemudamu sudah berubah.


Maafkan kami...




0 comments:

A Cup of Coffee

05:44 Baso Hamdani 0 Comments

One thing that tropical regions specially indonesian should thank god that they were born in a country which is rich of natural resources such as coffee. A first product "Made in Indonesia" that I saw in abroad after textile is Coffee Toraja but actually there are many coffee kinds in this archipelago country. Eventhough, many people said that it contains much caffeine, but I prefer it than other addicted things. It is a gift for small paradise Guys... Moreover, we enjoy to drink coffee with friends. How beautiful this life...
As usual, grabing a smart electronic device is a new habit in this latest decade. It makes us like having a mental disease. Messages came into my phone by android app chat. A friend, Kak Ismawan, from a thousand kilometers sent a short letter to ask about how was life at that time.
After that, we continued our conversation while I was enjoying a cup of coffee with friends.  
Sometimes, gadget disturbs our gold time for focusing on severals chats or notifications on social media. Chatting for 5 minutes was permitted by friends because I discussed about voluntary activity. In the early chat, I told my position to Kak Ismawan that I was in Pare, Kediri. Several activities were talked about english program in Global English Course which I got to focus on writing class programs. He asked me about someone who he knew, his name is Mr. Toto. Ismawan said Mr. Toto was his closed friend and he was one of the important person in Global English. More than 4 minutes passed, he recommend me to meet Mr. Toto by a cup of coffee. Even, I thought that I could not make it. A person that I did not know is such a challenge thing and I should invite him who I thought a busy man and important person for drinking coffee.
3 days after, saturday night, I spent my time as usual with friends in coffee shop. Pare Corner (Parcor) was our choice for gathering and meeting point. Because of crowded, we chosed to move in the other room in the same place, a room in Parkor that we could not see musical show and drawing show at that time.
My Kopi Kampung order was coming. Beside of us, there was a person that I did not know but many people came for him. I asked the waitress that who he was. He answered me that he was Mr. Toto, the owner of Global English Course. I did not supprise because I had ever seen him in Grand Opening of Parcor.
I braved myself to open a small conversation with him. In fact, he was really friendly and he had simple style. A black T-shirt and a jeans. For making serious our discussion and meeting, Mr. Toto asked for a cup of coffee. He looked really enjoy the coffee. We talked and discussed around an hour about voluntary activities. His topic conversation about his voluntary activity and CSR in Global English. As conclusion that made me and friends like having an award, he provided scholarship for our students in our voluntary organization.
Start by a cup of coffee, continuing for discussion, knowing each other, sharing for same interest, and networking as indirect result. It begins with a cup of coffee.

0 comments:

Saigon Warrior

01:20 Baso Hamdani 7 Comments

Saigon Warrior

It is a beneficial opportunity to come to Pare with 3 closed friends. By train from Jakarta to Kediri, the journey had taken around 14 hours. Pare is english village in Tulung Rejo Village, Pare District, East Java.
Figure 1. Trio Ongol
A considerable number of student candidates had been sitting to wait for Global English (GE) Course staff at 05.00 am. Before student took their class, placement test was a must for them.
After the placement test was conducted in GE Course, there are 4 main programs for Baso programs in two weeks. The programs are Grammar I, Speaking 2, Grammar for Writing and Grammar for Speaking. As addition, Pronunciation 2 is favourable decision. The programs can support to take IELTS program in the next month.
Figure 2. Bicycles in Pare
Hundred students came from several places from Sumatera to Papua and from different backgrounds. They stay in Saigon Camp as Male 6 Dormitory with 42 rooms. Every room can load two students until six students. 
Figure 3. Saigon Camp


The Saigon Camp is chosen dormitory to build new experience in English camp. The environment give significant result after around 4 days which this writing was issued. New friends, new environment, religious, team work and camp are several benefits which can be gotten by students.
Togetherness atmosphere tie each students' soul in the residence. In fact, It can be argued that it begins in the first day when students were introduced for new environment by bycicling together around Pare.
Saigon residents are dedicated as Saigon Warriors who are struggling for their ideas. Students are Saigon Warrior with hundred dreams.
Figure 4. Bicycling around Pare 

7 comments:

Nasionalisme Tergadaikan

03:34 Baso Hamdani 0 Comments

NASIONALISME TERGADAIKAN
Oleh: Baso Hamdani
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki perbandingan potensi penduduk usia produktif lebih besar daripada usia non produktif. Rata-rata usia penduduk Indonesia adalah 27,2 tahun (BPS, 2010).  Angka tersebut menunjukkan bahwa penduduk Indonesia masuk pada kategori menengah  (intermediate). Dengan standar usia menengah yaitu usia 20 hingga 30 tahun. Hal ini berarti negeri dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia ini yaitu sekitar 240 jiwa memiliki  potensi yang bisa ditopang oleh pemuda dibandingkan negara lain misalnya Jepang dengan rata-rata usia penduduk sekitar 84 tahun.  Keuntungan ini menjadi lirikan dari berbagai pihak luar dan dalam negeri.
Jiwa nasionalisme pemuda Indonesia diharapkan terus melekat termasuk mempertahankan budaya.  Intrinsik budaya timur masih melekat pada bangsa yang baru merdeka 69 tahun ini. Budaya gotong royong juga ada pada pribadi masyarakat negeri ini termasuk gotong royong dalam perihal kemanusiaan. Sebut saja kejadian baru-baru ini bahwa Indonesia mendapat pujian dari PBB atas kepeduliannya terhadap migran Rohingnya. Hal tersebut dilakukan secara relevan dan relawan bukan dilakukan pada saat ini saja tapi telah dilakukan jauh sebelumnya.
Relawan Muda
Banyaknya kegiatan relawan usia produktif menjadikan pribadi lain mencari keuntungan atau sekedar 'citra'. Fenomena ini semakin jelas terlihat. Pemanfaatan tenaga muda sebagai penyedia lahan Sumber Daya Manusia (SDM) yang 'segar' diharapkan menjadi agen perubahan seperti sedia kalanya sewaktu menyandang status mahasiswa, meskipun ada beberapa bagian dari mereka yang apatis bahkan anomis. Pihak yang tidak bertanggung jawab atau memanfaatkan momen menjadikan SDM 'murah meriah' adalah alternatif penekanan biaya, bukan hanya merugikan pemuda itu sendiri, tetapi juga negeri ini. Fresh graduate bisa menjadikan kegiatan relawan sebagai wahana masa transisi antara pekerjaan dan mahasiswa atau kegiatan relawan bisa menjadi pijakan sebelum menyandang embelan master.
Gambar 1. Menyapa Negeri di Batas Negara, Pulau Sebatik
Indonesia memiliki banyak cendekiawan namun kurang diapresiasi, cendekiawan yang bertahan bisa saja hanya asyik di ruangan ber-AC daripada  ke lapangan untuk mengimplementasikan ilmunya. Meskipun bidang yang diahlikan adalah terkait erat dengan lapangan. Jangankan menjadi relawan turun lapangan pun terkadang terkesan ogah. Kurang aktifnya para ahli untuk turun secara langsung terkait bidang ilmunya sendiri menjadikan kualitas pekerjaan menurun sehingga merugikan negara. Bila hal ini terjadi, motto data mencerdaskan bangsa bisa saja sebaliknya terjadi, dikarenakan data yang seadanya dan cenderung sembrono. Proyek akademis berstatus piutang Negara pun yang berkecambah dalam kampus terkadang melibatkan pseudo-intelektual. Hal tersebut menjadi keuntungan sepihak oleh pihak kongkalikong.
Berbelit
Secara gamblang, media memberitakan sosok dari pelosok negeri tentang keberadaan tenaga pendidik yang tidak digaji sepeser pun. Ia dipuja-puji oleh banyak orang, sebagai imbalannya naik pada gelanggang talk show.  Menginspirasi sekaligus menyayat hati, betapa kurang perhatiannya negeri ini atau birokrasi setempat. Hal tersebut menjadi ambivalen, nasionalisme dgn harga tinggi tergadaikan dgn sangat rendah. Bukan sebuah apresiasi, bangsa ini sangat perlu untuk maju dengan ditopang oleh generasi muda. Begitupula dengan pribadi nasionalisme mereka dengan melalui kegiatan pengabdian yang dilakukan. Heroisme masa kini yang dilakukan pemuda seharusnya sudah terbangkitkan atau hal ini hanya menjadi tontonan belaka atas nama nasionalisme.  Status relawan hanya disadari oleh Relawan itu sendiri dan menjadi pekerja kasar bagi pemegang modal. Bisa saja ini adalah ajang jual diri secara underground. Jadi jangan heran bila kejadian terlantarnya pemuda penggerak pembangunan mencuat. Birokrasi bahkan mengabaikan dengan cara penyaluran yang tidak langsung dan berbelit. Bisa dibayangkan pula, bagaimana para penuntut ilmu nusantara di luar negeri dipasok melalui beasiswa dalam negeri yang tersandung oleh berbelit-belitnya birokrasi.   
Birokrasi Harus Berbenah

Esensi relawan generasi muda berjiwa nasionalisme jika banyak membawa mudharat dibandingkan manfaatnya, akibatnya ihwal kerelawanan luntur hingga tertelan waktu. Pemuda akan cenderung apatis dan menjadi individual. Bila ini terjadi dan Indonesia  tidak berbenah serta tidak berkomitmen, maka kejadian ini tidak akan terjadi sekali dan menjadi wajar. 

0 comments:

Sorot Mata Dunia pada Lautan Plastik

21:05 Baso Hamdani 0 Comments

     Masih terbiasa menggunakan plastik pada saat belanja di supermarket atau di mini market atau yang kurang berestetika di mata adalah membuang sampah di laut. Selain tidak baik dipandang mata, sebaiknya kebiasaan itu harus dikurangi untuk lingkungan yang lebih baik. Betapa tidak, diperkirakan untuk menormalisasi sampah-sampah yang ada saat ini membutuhkan  waktu hingga 400 tahun. Lagi-lagi karena selain murah, plastik bisa ditemukan dimana saja serta digunakan oleh siapa saja.

        Hari ini (20/1/2016), World Economy Forum dilaksanakan hingga dua hari ke depan. Salah satu sorotannya adalah plastik. Secara global produksi plastik telah mencapai 311 juta ton pada tahun 2014 (World Economy Forum, 2016) dan pada tahun 2015 jumlah sampah mencapai 250  juta ton  (8 milyar ton per tahun) dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2019 sebesar 380 juta ton atau bahkan menjadi 500 juta ton apabila tidak ditangani dengan baik dan cepat. (Ocean Concervancy, 2015). Penggunaan plastic saat ini terus meningkat 20 kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Jumlah sampah akan lebih banyak di laut daripada jumlah ikan pada tahun 2050 (huffpost,2015). Selain itu, laut cenderung sebagai penampung sampah terbesar di dunia (Ocean Concervancy, 2015). Kondisi laut yang saling berhubungan satu sama lain mengharuskan penanganan dan kerjasama yang strategis secara global termasuk kerjasama sektor swasta untuk membangun komitment. Sehingga dibutuhkan penangan yang efektif dan  tanggap. Data menyebutkan dari jumlah total sampah plastik tahun ini ada 95% sampah di laut yang terendam dalam air dan merusak ekosistem (Ocean Concervancy, 2015)

Gambar 1. Prakiraan Jumlah Sampah pada tahun 2050 (World Economic Forum, 2016)

Dalam laporan "The New Plastics Economy Rethinking the Future of Plastics"  mengatakan bahwa hadirnya New Plastic Economy diharapkan mampu mereduksi penggunaan plastik sehingga pembangunan ekonomi sejalan  dengan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan.  

Baru-baru ini pula Ocean Concervacy menyampaikan laporannya, ada 5 rekomendasi terutama untuk 5 negara dengan tingkat pembuangan sampah paling tinggi (termasuk Indonesia) yaitu:
1. Mengurai akar masalah sampah dari hulu
Sebagian besar pencemaran laut berasal dari dataran utama (80%) dan sebagian besar dari masalah ini berasal dari pembuangan sampah (75%) secara langsung tanpa sentuhan sistem yang baik. Penyebab ini juga disebabkan karena nilai plastik yang terbuang  61% bernilai rendah. 
2. Penanganan yang sama namun harus signifikan
Diharapkan ke-lima negara prioritas mampu menekan pengurangan sampah sebesar 80% terutama pada sampah yang dibuang lansung ke laut. 
3. Analisis implementasi penanganan yang tepat
Dengan mempercepat penanganan dan mendekatkan lokasi penanganan sampah di darat. Perlu adanya pengumpul plastik yang efektif. OC telah melibatkan 100 ahli dalam memberikan rekomendasi ini. Laporan ini menekankan 5 negara dengan jumlah pembuangan sampah tertinggi di dunia. Sementara itu negara penyumbang terbesar lainnya dari amerika sebaga konsumen soda, gawai elektronik, sepatu karet dll. Barang-barang tersebut masuk kategori sangat sulit untuk diurai. Diperkirakan penduduk dunia menempati 5 Ha laut per orang. Segala bentuk sampah yang ada di laut hanya bisa dimanage setelah 400 tahun. Pendapatan GDP suatu negara naik secara signifikan sebagai konsekuensinya pembuangan sampah di laut terutama beberapa negara ASEAN termasuk Indonesia dan China. Kelima negara tersebut bertanggung jawab atas 55 - 60% sampah yang ada di laut. . Diharapkan pada periode 2015 bisa menurun menjadi 45%. Apabila target ini tercapai maka 10 tahun selanjutnya, sampah di laut  bisa sukses (Ocean Concervancy, 2015)

Bila hal ini tidak ditangani maka permasalahan sampah akan terus berlanjut dan tidak hanya mempengaruhi kehidupan biota laut tetapi juga mempengaruhi industri perikanan yang mempekerjakan  55 juta orang (penyedia 15% protein dunia) atau diperkirakan bernilai 220 Milyar. 

0 comments:

Laporan Tahunan UNDP 2015: IPM Indonesia urutan 110 dari 188 negara di Dunia

01:24 Baso Hamdani 0 Comments

Akhir tahun 2015 UNDP telah mengeluarkan laporan tahunan dengan tema "Berkarya untuk Pembangunan Manusia"

      Secara komprehensif laporan ini menunjukkan kinerja 195 negara di dunia dalam menjaga kesejahteraan rakyatnya Pengembangan ekonomi memegang peranan penting dalam pengembangan manusia.  Dalam perkembangan 25 tahun terakhir, peningkatan kesejahteraan manusia terus meningkat dari jumlah 1.3 milyar menjadi 3.6 milyar manusia dalam kategori sejahtera. 
Sementara itu, dalam perkembangannya tantangan terbesar dalam pembangunan manusia yaitu diskriminasi dan kekerasan. Hal ini juga didukung oleh penyumbang besar terhadap penurunan pengembangan kualitas SDM adalah pekerja anak, kerja paksa dan pekerja dalam kasus trafficking (terutama imigran illegal) yang secara tidak langsung berkaitan dengan HAM serta pelaku krimal ekstremis. 
       Laporan ini juga mengungkapkan bahwa saat ini ada 836 juta orang di negara berkembang yang masih memiliki penghasilan dibawah $ 1.25 per hari. Sedangkan di bidang pendidikan permasalahan krusial tentang aksara, buta huruf meningkat dari 83% menjadi 91% (umur 15-24) dan untuk umur dewasa meningkat dari 76 % menjadi 86%. 
       Penyumbang terbesar atas pendapatan dunia oleh asia pasifik yaitu 51.8 milyar US Dollar dengan kunci pembangunan adalah ketersediaan dan kualitas pekerjaan. Adapun negara-negara dengan IPM tertinggi adalah (1) Norwegia (IPM: 0.944); (2) Australia (IPM: 0.935); (3) Switzerland (IPM: O.930)sedangkan indonesia masuk pada urutan 110 (Dengan IPM yaitu 0.684 dengan tingkat pengangguran 31,3%) dan IPM terendah pada urutan 188 yaitu Niger. Data-data Indonesia yang tersedia termasuk persentase masyarakat yang memiliki penghasilan dibawah $ 1.25 yaitu 16.2 %. Persentase warga Indonesia yang belum menikmati listrik adalah 4% meskipun Indonesia masuk 10 besar sebagai negara pengguna energi terbarukan.  

       Sinergi antara bekerja dan pembangunan manusia sangat berkaitan, karena kesehejahteraan manusia berdasar dari perkembangan ekonomi. Namun, dalam hal pekerjaan wanita diberikan kesempatan yang sama dalam bekerja. Bagian yang sangat diperhatikan adalah bagaimana cara untuk melindungi generasi muda (11 anak meninggal setiap menit) dan wanita (33 ibu meninggal tiap jam; penghasilan wanita kurang 24 % dari laki-laki). 



       Pembangunan manusia saat ini secara dinamis mengejar revolusi teknologi dan globalisasi. Pertanyaannya adalah bagaimana menghadapi masa depan dalam pembangunan manusia:
1. Memiliki skill yang memadai
Sebaiknya memiliki skill yang cukup kompeten. Perkembangan teknologi membuat skill yang biasa tergantikan oleh robot. Beberapa pekerjaan yang akan dan sedang tergantikan oleh robot seperti teller dll. 
2. Memiliki kemampuan untuk melihat perkembangan masa depan
Yang perlu dilihat adalah kebutuhan terminasi (beberapa pekerjaan akan hilang dan dikurangi), transformasi (teknologi menyumbang dalam perihal ini), kreativitas atau inovasi. 
3. Mengejar revolusi teknologi
Teknologi potensial masa depan yang akan terus berkembang adalah mobile internet (penggunainternet mencapai 3,2 milyar orang, intelligent software system, cloud technology, 3D printing, dan Robot serta penyimpanan energi.
4. Wawasan global
Wujud pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang flexible dan bisa dikerjakan dimana-mana. Selanjutnya, social-entrepreneur juga bisa menjadi pilihan.

Beberapa kesempatan yang mampu mendukung pembangunan manusia adalah jumlah pekerja (Data menunjukaan dari 7 milyar manusia ada 3.2 milyar yang bekerja); namun ada 75 juta pemuda di dunia tidak bekerja. Nilai ini paling banyak di Timur Tengah dan Africa, yaitu 1 dari 3 pemuda merupakan pengangguran. 

Peluang pengembangan manusia dunia.
1. Lebih dari setengah penduduk dunia berada di bawah usia 30 tahun. Jumlah tersebut lebih sehat dan lebih berpendidikan dari generasi sebelumnya.
2. Urbanisasi memacu pertumbuhan ekonomi namun juga cukup menjadi tantangan. 
3. Pemberdayaan perempuan


(Sumber: Human Develompent Report, UNDP 2015)

0 comments:

Ojek online. Apakah itu sebuah solusi?

17:05 Baso Hamdani 0 Comments

Hi Jakarta...
Kota metro, ternyata kita berjumpa lagi setelah menjauh darimu selama 8 bulan di Papua... Kaki masih terasa berat turun di armada pesawat kebanggan negeri ini setelah terbang lebih dari 3000 km. Langit yang dulunya cerah membiru jernih berhias awan sekarang berubah menjadi langit berwarna abu-abu seragam. Penglihatan menjadi terbatas untuk melihat jauh karena terhalang dinding-dinding beton. Mimpi buruk tentang kemacetan mulai menghantui sela-sela pikiran.

Serasa baru kemarin meninggalkan tanah itu, mungkin karena saya sangat menikmati pengalaman dan keindahan di Papua. Menelusuri pinggiran batas utara Indonesia yang berbatasan langsung dengan Negara Palau di tanah saudara-saudara kita disana. Sebagai pribadi saya menganggap itu adalah bagian pengabdian saya untuk NKRI. Disana tak ada macet karena saya tinggal di pulau terluar nusantara ini tapi sebenarnya meskipun juga kota Biak gak ada macet yang merupakan kota terdekat dari lokasi tugas saya dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak bulan Mei 2015. Jangan tanya tentang ikan segar pasir putih, kei
ndahan terumbu karang, keramahan masyarakat dan lain-lain karena itu sudah pasti.

Gadget yang berstatus ponsel pintar mulai bersahabat untuk selalu dan segera dibelai. Notifikasi sosial media bergerumul menelusuri dan memenuhi email-email di layar. Itu tak penting, yang terpenting adalah saya harus chat sahabat saya karena saya akan tinggal bersamanya seperti biasa di kota ini.

Saatnya pindah transportasi menggunakan armada baru dari aplikasi terkini android berjenis ojek motor dan mobil online, entah kenapa sahabat saya lebih merekomendasikan app tersebut. Saya bahkan sudah tanya, "Dibayar berapa ko sama Ojek app itu, iklan terus" tanyaku dalam aksen makassar. Nyatanya, saya memang harus pakai untuk yang pertama kali di Jakarta bahkan dalam hidup saya. Motor besar dari app yang mengantarku menuju apartemen begitu lihai dan cepat terasa tanpa hambatan, melalui lorong-lorong yang bahkan sangat sepi. Mindset saya kemudian berubah bahwa saat ini Jakarta sudah mulai bersahabat dengan orang seperti saya yang tidak suka dengan hal kemacetan. Meskipun tidak sepenuhnya karena jelas kota ini adalah kota metro.

Perkembangan begitu cepat yang dulunya saya harus naik transport ke kantor DFW sampai dua jam sekarang bisa sampai 15 menit bahkan 10 menit saja. Belum lagi, ketika lupa bawa barang saya di apartemen (apartemen sekretariat organisasi) tinggal pakai ojek untuk jasa express. Pulang kantor bareng teman ke apartemen pakai ojek mobil. Bersama teman saya bisa share biayanya, sangat mudah, cepat, pelayannya lumayan serta aman. Sebagai konsumen, inovasi ini cukup kerenlah.

Selain itu, apabila memesan ojek mobil, saya suka duduk di depan untuk sekedar berdampingan dengan sopir selain mereka ramah-ramah saya juga lebih leluasa mengisi waktu lebih produktif termasuk bertanya-tanya mengenai penghasilannya yang bisa mencapai 16 juta per bulan upz ada yang mengaku pas lagi awal-awal bulan kerja mencapai 32 juta gilaaakk bahkan beberapa dari mereka yang tergolong freelancer (misal mahasiswa) bisa meraih 6-7 per bulan. Sopir-sopirnya pun nggak membedakan-bedakan gender, seorang single parent sebut saja ibu-M mengaku sangat terbantu dengan penghasilan saat ini dan tidak merasa begitu repot apabila dibandingkan dengan pekerjaan awalnya.

Hingga saat ini saya merasakan beberapa kenyamanan dan semoga itu adalah manfaat dari adanya aplikasi ojek online. Namun berbicara mengenai kekurangan pasti ada beberapa hal dan juga masukan pribadi seperti
1. Masih adanya ojek biker yang melawan arus lalu lintas.
Perlu ada pendisiplinan dari hulu sebagai langkah yang lebih baik. Meskipun para biker sudah dilatih dan berkualifikasi baik namun tetap perlu adanya kontrol. Mungkin bisa melalui tracker supervising dengan melihat jalur2 yang dilanggar. Ya, bisalah... apasih yang gak untuk tim kreatif. He3...
2. Mengurangi secara drastis pendapatan ojek biasa.
Jaman saat ini sudah dinamis. Inovasi dan Persaingan tidak bisa dielak.
Gak semua tukang ojek di Jakarta beralih menjadi ojek berbasis app android dan tidak semua yang mendaftar lulus menjadi biker. Kesetimpangan ini perlu diperhatikan. Bahkan kalau boleh pemerintah mencarikan solusi bagi mereka karena ini urusan terkait hidup begitupula dan terutama untuk ojek online dan sejenisnya agar semata-mata tidak mengenai bisnis dan memberikan solusi untuk memunculkan masalah baru yang lebih mendasar.
3. Ojek Mobil masih menggunakan plat hitam
Saya tidak tahu banyak mengenai penggunaan plat hitam dan kerjasama yang telah dilakukan oleh Ojek Online dengan pihak yang berwajib. Dari beberapa driver mengatakan bahwa masih dalam tahap proses. Apakah menggunakan aturan baru atau revisi. Yang pasti, ini harus disiplikan atau dicarikan solusi.

Sebagai langkah akhir, pertanyaannya adalah apakah ojek online dan sejenisnya adalah sebuah solusi? Tentunya ini perlu dianalisis lebih jauh. Secara pribadi, hal ini sudah lumayan bagus namun beberapa point permasalahan dan masukan di atas perlu di perhatikan. Sehingga bener-bener memberikan solusi buat kota-kota besar di negara berkembang khususnya di Indonesia.




0 comments: