Laporan Tahunan UNDP 2015: IPM Indonesia urutan 110 dari 188 negara di Dunia

01:24 Baso Hamdani 0 Comments

Akhir tahun 2015 UNDP telah mengeluarkan laporan tahunan dengan tema "Berkarya untuk Pembangunan Manusia"

      Secara komprehensif laporan ini menunjukkan kinerja 195 negara di dunia dalam menjaga kesejahteraan rakyatnya Pengembangan ekonomi memegang peranan penting dalam pengembangan manusia.  Dalam perkembangan 25 tahun terakhir, peningkatan kesejahteraan manusia terus meningkat dari jumlah 1.3 milyar menjadi 3.6 milyar manusia dalam kategori sejahtera. 
Sementara itu, dalam perkembangannya tantangan terbesar dalam pembangunan manusia yaitu diskriminasi dan kekerasan. Hal ini juga didukung oleh penyumbang besar terhadap penurunan pengembangan kualitas SDM adalah pekerja anak, kerja paksa dan pekerja dalam kasus trafficking (terutama imigran illegal) yang secara tidak langsung berkaitan dengan HAM serta pelaku krimal ekstremis. 
       Laporan ini juga mengungkapkan bahwa saat ini ada 836 juta orang di negara berkembang yang masih memiliki penghasilan dibawah $ 1.25 per hari. Sedangkan di bidang pendidikan permasalahan krusial tentang aksara, buta huruf meningkat dari 83% menjadi 91% (umur 15-24) dan untuk umur dewasa meningkat dari 76 % menjadi 86%. 
       Penyumbang terbesar atas pendapatan dunia oleh asia pasifik yaitu 51.8 milyar US Dollar dengan kunci pembangunan adalah ketersediaan dan kualitas pekerjaan. Adapun negara-negara dengan IPM tertinggi adalah (1) Norwegia (IPM: 0.944); (2) Australia (IPM: 0.935); (3) Switzerland (IPM: O.930)sedangkan indonesia masuk pada urutan 110 (Dengan IPM yaitu 0.684 dengan tingkat pengangguran 31,3%) dan IPM terendah pada urutan 188 yaitu Niger. Data-data Indonesia yang tersedia termasuk persentase masyarakat yang memiliki penghasilan dibawah $ 1.25 yaitu 16.2 %. Persentase warga Indonesia yang belum menikmati listrik adalah 4% meskipun Indonesia masuk 10 besar sebagai negara pengguna energi terbarukan.  

       Sinergi antara bekerja dan pembangunan manusia sangat berkaitan, karena kesehejahteraan manusia berdasar dari perkembangan ekonomi. Namun, dalam hal pekerjaan wanita diberikan kesempatan yang sama dalam bekerja. Bagian yang sangat diperhatikan adalah bagaimana cara untuk melindungi generasi muda (11 anak meninggal setiap menit) dan wanita (33 ibu meninggal tiap jam; penghasilan wanita kurang 24 % dari laki-laki). 



       Pembangunan manusia saat ini secara dinamis mengejar revolusi teknologi dan globalisasi. Pertanyaannya adalah bagaimana menghadapi masa depan dalam pembangunan manusia:
1. Memiliki skill yang memadai
Sebaiknya memiliki skill yang cukup kompeten. Perkembangan teknologi membuat skill yang biasa tergantikan oleh robot. Beberapa pekerjaan yang akan dan sedang tergantikan oleh robot seperti teller dll. 
2. Memiliki kemampuan untuk melihat perkembangan masa depan
Yang perlu dilihat adalah kebutuhan terminasi (beberapa pekerjaan akan hilang dan dikurangi), transformasi (teknologi menyumbang dalam perihal ini), kreativitas atau inovasi. 
3. Mengejar revolusi teknologi
Teknologi potensial masa depan yang akan terus berkembang adalah mobile internet (penggunainternet mencapai 3,2 milyar orang, intelligent software system, cloud technology, 3D printing, dan Robot serta penyimpanan energi.
4. Wawasan global
Wujud pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang flexible dan bisa dikerjakan dimana-mana. Selanjutnya, social-entrepreneur juga bisa menjadi pilihan.

Beberapa kesempatan yang mampu mendukung pembangunan manusia adalah jumlah pekerja (Data menunjukaan dari 7 milyar manusia ada 3.2 milyar yang bekerja); namun ada 75 juta pemuda di dunia tidak bekerja. Nilai ini paling banyak di Timur Tengah dan Africa, yaitu 1 dari 3 pemuda merupakan pengangguran. 

Peluang pengembangan manusia dunia.
1. Lebih dari setengah penduduk dunia berada di bawah usia 30 tahun. Jumlah tersebut lebih sehat dan lebih berpendidikan dari generasi sebelumnya.
2. Urbanisasi memacu pertumbuhan ekonomi namun juga cukup menjadi tantangan. 
3. Pemberdayaan perempuan


(Sumber: Human Develompent Report, UNDP 2015)

You Might Also Like

0 comments: