Sorot Mata Dunia pada Lautan Plastik

21:05 Baso Hamdani 0 Comments

     Masih terbiasa menggunakan plastik pada saat belanja di supermarket atau di mini market atau yang kurang berestetika di mata adalah membuang sampah di laut. Selain tidak baik dipandang mata, sebaiknya kebiasaan itu harus dikurangi untuk lingkungan yang lebih baik. Betapa tidak, diperkirakan untuk menormalisasi sampah-sampah yang ada saat ini membutuhkan  waktu hingga 400 tahun. Lagi-lagi karena selain murah, plastik bisa ditemukan dimana saja serta digunakan oleh siapa saja.

        Hari ini (20/1/2016), World Economy Forum dilaksanakan hingga dua hari ke depan. Salah satu sorotannya adalah plastik. Secara global produksi plastik telah mencapai 311 juta ton pada tahun 2014 (World Economy Forum, 2016) dan pada tahun 2015 jumlah sampah mencapai 250  juta ton  (8 milyar ton per tahun) dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2019 sebesar 380 juta ton atau bahkan menjadi 500 juta ton apabila tidak ditangani dengan baik dan cepat. (Ocean Concervancy, 2015). Penggunaan plastic saat ini terus meningkat 20 kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Jumlah sampah akan lebih banyak di laut daripada jumlah ikan pada tahun 2050 (huffpost,2015). Selain itu, laut cenderung sebagai penampung sampah terbesar di dunia (Ocean Concervancy, 2015). Kondisi laut yang saling berhubungan satu sama lain mengharuskan penanganan dan kerjasama yang strategis secara global termasuk kerjasama sektor swasta untuk membangun komitment. Sehingga dibutuhkan penangan yang efektif dan  tanggap. Data menyebutkan dari jumlah total sampah plastik tahun ini ada 95% sampah di laut yang terendam dalam air dan merusak ekosistem (Ocean Concervancy, 2015)

Gambar 1. Prakiraan Jumlah Sampah pada tahun 2050 (World Economic Forum, 2016)

Dalam laporan "The New Plastics Economy Rethinking the Future of Plastics"  mengatakan bahwa hadirnya New Plastic Economy diharapkan mampu mereduksi penggunaan plastik sehingga pembangunan ekonomi sejalan  dengan pembangunan lingkungan yang berkelanjutan.  

Baru-baru ini pula Ocean Concervacy menyampaikan laporannya, ada 5 rekomendasi terutama untuk 5 negara dengan tingkat pembuangan sampah paling tinggi (termasuk Indonesia) yaitu:
1. Mengurai akar masalah sampah dari hulu
Sebagian besar pencemaran laut berasal dari dataran utama (80%) dan sebagian besar dari masalah ini berasal dari pembuangan sampah (75%) secara langsung tanpa sentuhan sistem yang baik. Penyebab ini juga disebabkan karena nilai plastik yang terbuang  61% bernilai rendah. 
2. Penanganan yang sama namun harus signifikan
Diharapkan ke-lima negara prioritas mampu menekan pengurangan sampah sebesar 80% terutama pada sampah yang dibuang lansung ke laut. 
3. Analisis implementasi penanganan yang tepat
Dengan mempercepat penanganan dan mendekatkan lokasi penanganan sampah di darat. Perlu adanya pengumpul plastik yang efektif. OC telah melibatkan 100 ahli dalam memberikan rekomendasi ini. Laporan ini menekankan 5 negara dengan jumlah pembuangan sampah tertinggi di dunia. Sementara itu negara penyumbang terbesar lainnya dari amerika sebaga konsumen soda, gawai elektronik, sepatu karet dll. Barang-barang tersebut masuk kategori sangat sulit untuk diurai. Diperkirakan penduduk dunia menempati 5 Ha laut per orang. Segala bentuk sampah yang ada di laut hanya bisa dimanage setelah 400 tahun. Pendapatan GDP suatu negara naik secara signifikan sebagai konsekuensinya pembuangan sampah di laut terutama beberapa negara ASEAN termasuk Indonesia dan China. Kelima negara tersebut bertanggung jawab atas 55 - 60% sampah yang ada di laut. . Diharapkan pada periode 2015 bisa menurun menjadi 45%. Apabila target ini tercapai maka 10 tahun selanjutnya, sampah di laut  bisa sukses (Ocean Concervancy, 2015)

Bila hal ini tidak ditangani maka permasalahan sampah akan terus berlanjut dan tidak hanya mempengaruhi kehidupan biota laut tetapi juga mempengaruhi industri perikanan yang mempekerjakan  55 juta orang (penyedia 15% protein dunia) atau diperkirakan bernilai 220 Milyar. 

You Might Also Like

0 comments: