Janda Masker di Lorong Sembilan

20:17 Baso Hamdani 0 Comments

Prolog.
       Sebagai pemuda yang menggantungkan cita-cita di bawah alam indahnya laut. Dimasa perkuliahan saya (red:penulis) banyak menghabiskan waktu belajar mengenai bawah laut. Sehingga saya sering disibukkan di kampus bergelut di laboratorium atau menjadi asisten dosen. Selain di lab saya lebih cenderung menghabiskan waktu lebih banyak di bawah laut dengan alat SCUBA sebuah istilah yang dipakai bila menyelam dengan menggunakan alat bantu istilah familiarnya dan umumnya adalah Diving.
       One day, saya menemani seorang calon peneliti S3 dari kampus yang sama dengan saya. Seperti biasa saya membawa alat selam minus tabung selam berharap dengan sepakat bahwa si calon peneliti yang membawanya. Alhasil, harap demi harap beliau lupa pesan lebih dulu ke penyewa di pulau Barrang Lompo, Makassar lokasi penelitian. Saya pun mulai pasrah karena tidak akan menyelam.  Saya pun duduk termenung, hingga seorang bapak menawari bantuan bahwa saya mau menyelam hanya saja tidak ada tabung selam.
"Dek, mau menyelam"
"Iya nih pak, tapi tidak ada tabung"
"Bisa pakai masker"
"Iya" Saya pun langsung jawab iya karena pada dasarnya menyelam pakai masker
"Kalau begitu adik pakai kompresor saya saja"
Muka saya hampir pucat, karena ditawari pakai kompresor (alat menyelam yang hanya menggunakan selang dan mesin yang banyak meyebabkan kelumpuhan hingga kematian. Namun, saya sangat menghargai usaha beliau dan saya jawab menolak halus "makasi pak". 

Barrang Lompo. Sebuah pulau yang secara administratif masuk kota Makassar. Jaraknya sekitar 3 km dari kota makassar butuh waktu sekitar 1 jam untuk sampai di pulau ini. Suasananya pun masih serasa di Makassar karena pemukiman di pulau ini tergolong ekonomi menengah hingga ke atas. Anda bisa menikmati udara sejuk, Sea Food segar dan enak, serta indahnya bawah laut. Pulau ini dikenal sebagai penangkap teripang yang handal dengan hasil penangkapan biasanya ratusan juta. Bila dilihat sekilas siapa sangka ada sedikit realita yang cukup memprihatinkan penduduk disini. Kelumpuhan menjadi penyakit yang paling sering menyerang penduduk pulau hingga jumlahnya pun mencapai ratusan.
        Saking banyaknya yang lumpuh hingga menyebabkan kematian bahkan ada dikenal sebagai "lorong 9 janda". Mereka ditinggal mati oleh suami akibat profesi penangkap teripang. Lalu apa hubungannya dengan lumpuh dan kematian. Nelayan disini kebanyakan meninggal bukan karena ombak yang besar. Saya masih percaya bahwa orang sulawesi adalah pelaut ulung. Namun yang menyebabkan adalah kurang perhatiannnya terhadap kesehatan akibat menylam. Sebagai nelayan teripang mereka menangkapnya menggunakan alat selam sederhana yang sangat berbahaya yaitu kompresor. Demi hidup yang baik mereka rela menukar hidup demi menangkap teripang. Siapa yang tidak tergiur mereka mendapatkan hasil hingga ratusan juta.  Selain tantangan itu, jiwa komsumtif masih menjadi momok yang biasa dijumpai bukan ditakuti lagi.
       Masyarakat nelayan kita memang banyak memiliki tantangan baik internal maupun eksternal. Balik cerita mengenai akibat menyelam kompresor, karena banyaknya orang meninggal akibat kompresor maka istri yang ditinggal dijuluki "janda masker" sebutan masker digunakan karena penyelam kompresor memakai masker selam saja.

Photo
Place : Poddang-Poddang Caddi Island
Model: Kasmawati
Photographer; Baso Hamdani

You Might Also Like

0 comments: